PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sains
Dari sudut bahasa, sains atau science (bahasa Inggris) berasal dari
bahasa latin, yaitu dari kata scientia artinya
pengetahuan. Para ahli memandang batasan etimologis tentang sains yaitu dari
bahasa Jerman, hal itu merujuk pada kata Wissenschaft, yang memiliki pengertian
pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.
Beberapa ahli yang mengemukakan
sejumlah pengertian dan batasan sains yaitu:
1. Amien
(1987), mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup
zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih
banyak mendiskusikan tentang alam (natural sciences) seperti fisika, kimia dan
biologi.
2. James
Conant (Holton dan Roller: 1958), sains sebagai suatu deretan konsep serta
skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil
serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diujicobakan lebih
lanjut.
3. Conant
(Abu Ahmadi, 1991), sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas
pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam
semesta) dan mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya
tentang manusia dan sifat-sifatnya).
4. Fisher
(1975), sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh
penelitian.
Secara
analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains
berdasarkan dimensi pengkajiannya.
1. Sumaji
(1988), bahwa secara sempit sains adalah ilmu pengetahuan alam (IPA) terdiri
atas physcal science (ilmu astronomi,
kimia, geogologi, menerologi, fisika) dan life
science (biologi, zoologi, dan fisiologi)
2. Ernest
Hagel (Indrawati, 1995), memandang sains dari 3 aspek:
-
Aspek tujuan sains adalah sebagai alat untuk
menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kesejahtaraan manusia.
-
Sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis
dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari
berbagai peristiwa.
-
Sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu
perangkat aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapat atau mengetahui
penyebab dari suatu kejadian dan untuk mendapat hukum-hukum atau teori-teori
dari obyek yang diamati.
Beberapa gambaran
tentang batasan dari sains:
-
Sebagai sautu proses adalah metode untuk
memperoleh pengetahuan
Gambaran sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran
gejala dan faktor-faktor alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium.
Sains dipandang sebagai suatu disiplin (keilmuan) yang ketat berdasarkan pada
kegiatan, pengamatan, hipotesis (dugaan).
-
Sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai
fakta, konsep prinsip, hukum dan teori. Fakta adalah sesuatu yang telah atau
sedang terjadi yang dapat berupa keadaan,
suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau
pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol tertentu yang
dapat diterima.
-
Sains sebagai sautu sikap atau dikenal dengan
sikap keilmuwan, yaitu berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus
dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya. Ketika mencari atau mengembangkan
pengetahuan baru. Di antara sikap itu adalah rasa tanggung jawab yang tinggi,
rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur dan terbuka terhadap pendapat orang
lain.
1.
Siapakah
Ilmuwan Itu
Ilmuwan merupakan padanan kata dari
scientist yang diambil dari istilah
bahasa Inggris.
Abruscato (1982), mencoba
memberikan ilustrasi dan batasan, bahwa sainstis secara sederhana adalah
penyelidik lingkungan, hampir sama dengan pekerjaan lainnya, hanya perbedaannya
pada teknik yang digunakan saja. Saintis menurutnya sama saja dengan sastrawan
atau pelukis, dalam menghasilkan karya atau mencapai tujuan. Seniman harus
mengeksplorasi karakter setiap warna. Jika ingin mendapat kesatuan dan ekspresi
lukisan yang baik dan harmonis. Begitupun sainstis, ia harus menyelidiki dan
menelusuri semua kemungkinan dari obyek yang ditelitinya jika ingindapat mengungkapkan
substansi dari pekerjaannya, sehingga diperoleh kesimpulan dari temuannya itu
secara teliti, obyektif dan dapat dipercaya.
Jadi, siapapun orangnya jika ia
dapat melihat, mengobservasi dan meneliti sesuatu baik obyek maupun keadaan
secara menyeluruh dengan menggunakan berbagai cara.
Dapat disimpulkan bahwa seseorang
dikatakan sebagai sainstis dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:
a. Dari
cara kerja dalam menyingkap alam dan menyelesaikan permasalahan.
b. Dari
kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya.
c. Dari
sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapinya.
Sikap-sikap
sebagai saintis diantaranya:
a. Memiliki
hasrat ingin tahu yang tinggi
b. Memiliki
sikap tidak mudah putus asa
c. Memiliki
sikap keterbukaan untuk dikritik dan diuji
d. Memiliki
sikap menghargai dan menerima masukan
e. Memiliki
sikap jujur
f.
Memiliki sikap kritis
g. Memiliki
sikap kreatif
2.
Kita,
Anak dan Sains
Batasan sains ditinjau dari sudut
anak, diantaranya menurut Carson, 1965 (Holt, 1991) berdasarkan pengamatannya
terhadap perilaku anak-anak ketika dengan berbagai obyek sains, maka ia menarik
kesimpulan bahwa sains bagi anak-anak adalah segala sesuatu yang menakjubkan,
sesuatu yang ditemukan dan dianggap menarik serta memberi pengetahuan atau
merangsangnya untuk mengetahui dan menyelidikinya.
Dengan batasan tersebut, sains oleh
anak dapat ditemukan di semua tempat, baik dirumah, dihalaman, disekolah dan
sebagainya. Contoh konkritnya yang lebih nyata, misalnya:
·
Anak menangkap capung, memasukannya ke sebuah
topies, mengamatinya dan merasakannya, berikutnya timbul rasa kasihan (iba)
sehingga tumbuh perasaan lebih baik dilepaskan.
·
Anak mengenakan jaket dimusim hujan (dingin) dan
merasakannya menjadi hangat selama dan setelah mengenakannya.
Pengembangan
pembelajaran sains bagi anak efektif dan optimal hendaknya melalyu cara-cara
yang dapat menyatukan sains, kita dan anak dalam satu pusat atau kegiatan yang
sinergis dan harmonis.
3.
Tujuan
Pembelajaran Sains Bagi Anak
Pentingnya tujuan dalam
pembelajaran sains memiliki setiap
bidang pengembangan pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini, suatu
tujuan yang dianggap terstandar dan memilih karakteristik yang ideal, apabila
tujuan yang dirumuskan memilih tingkat ketepatan (validitas), kebermaknaan (meaning fulness), fungsional dan
relevansi yang tinggi dengan kebutuhan serta karakteristik sasaran.
Sains sebagai salah satu alat pengungkap
keberadaan dan rahasia alam raya dan isinya atau sebagai salah satu sarana
mencapai tujuan hidup manusia sangat penting untuk dipahami dan dikuasai.
Analisis
Sains
merupakan dasar dari berbagai ilmu pengetahuan tentang alam raya dan isinya.
Sains juga merupakan ilmu alamiah dari pengertian sains oleh beberapa ahli di
atas bahwa ilmu sains secara formal yaitu menyelidiki, bereksperimen, mengamati
dan melakukan percobaan-percobaan terhadap gejala alam. Jadi, para ilmuwanlah
yang selalu melakukan uji coba atau eksperimen untuk menghasilkan jawaban dari
suatu yang diujinya. Lain lagi pasalnya untuk anak usia dini, dimana sains
bukan mencari suatu kebenaran tapi memberikan pengembangan kemampuan berfikir
anak. Dan menanamkan kepada anak bahwa belajar sains itu adalah kegiatan yang
menyenangkan dan sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka. Dengan melakukan
suatu eksperimen bersama anak, anak mengenal konsep sains tidak hanya sebatas
teori tetapi sekaligus mengajak anak berpikir dengan mengutarakan pertanyaan
apa, mengapa dan bagaimana sehingga anak mendapat jawabannya sendiri melalui
kegiatan eksperimen yang mereka lakukan. Guru dan anak juga harus memiliki
keakraban yang sangat dekat.
B.
Nilai
Sains Bagi Pengembangan Kemampuan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Anak
1. Nilai
sains bagi pengembangan kemampuan kognitif anak
Abruscato (1982) menilai bahwa
kegiatan sekolah yang seringkali dihabiskan untuk mengasah daya pikir dan
menyerap pengetahuan semata-mata, itu adalah keliru. Mengacu pada teori
perkembangan kognitif, yang terpenting anak menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan,
tetapi bagaimana anak dapat mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta
bagaimana ia dapat menggunakan kosnep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam
lingkup kehidupannya atau belajar. Jadi nilai yang sesungguhnya dari sifat
pengembngan kognitif harus mengarah pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan
dimensi proses. Dalam mengarahkan anak untuk mengusai isi pengetahuan,
dilakukan melalui proses atau aktivitas yang bermakna. Jika anak diharapkan
menguasai konsep-konsep terkait dengan sains baik berapa fakta konsep maupun
teori. Fasilitasilah mereka dalam menguasainya melalui kegiatan yang bisa
mencakup dimensi isi maupun proses tersebut, misal melalui observasi, membaca,
diskusi, eksperimen atau media yang relevan.
2. Nilai
sains bagi pengembangan afektif anak
Setiap anak sejak dini perlu
diberikan dan dilibatkan pada suasana atau situasi yang dapat memberikan afeksi
yang membekas. Pemain afeksi akan melekat dan menjadi suatu karakter yang
mempribadi atau mengindividualisasi pada jati diri anak. Jika pengembangannya
disesuaikan dengan tuntutan perilaku yang terjadi secara nyata dalam kehidupan
anak. Sehingga nilai afeksi yang dikembangkan merupakan suatu pola perilaku
yang benar-benar diwujudkan dalam perbuatan.
Tugas guru dalam pembelajaran sains
adalah menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna, menyentuh
anak sehingga dapat menumbuhkembangkan afeksi anak secara positif.
3. Nilai
sains bagi pengembangan psikomotorik anak
Mengarahkan pada tuntutan anak
memiliki kesanggupan untuk menggerakkan anggota tubuh dan bagian-bagiannya.
Pengembangan sains dengan sifat-sifat yang melekatnya dapat membantu
meningkatkan keterampilan psikomotorik anak. Motorik kasar anak dapat
berkembang melalui aktivitas saing. Misal dengan cara membentuk bangunan dari
pasir, tanah, bercocok tanam bunga, dan lain-lain. Sedangkan motorik halus dilakukan
melalui aktivitas menggaris dengan pensil dan penggaris, mengukur, memilah
benda-benda (kasar, halus dan lain-lain) menggunting dan sebagainya. Jadi,
pengembangan motorik akan banyak diperoleh mellui kegiatan sains yang bernilai
kognitif maupun afektif, artinya aktivitas motorik akan berkontribusi positif
terhadap pembentukan kognitif dan afektif anak dalam pengenalan dan penguasaan
sains.
4. Nilai
sains bagi perkembangan berfikir kritis dan kreatifitas, aktualisasi diri dan
kesiapan kehidupan anak serta pengembangan nilai religius
a. Nilai
sains bagi perkembangan keterampilan berfikir dan kreativitas anak
Melalui pengembangan sains pada
anak akan mengundang dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang amat tinggi. Setting
dan lingkungan belajar sains yang disediakan akan merangsang anak untuk
memunculkan pertanyaan-pertanyaan menakjubkan. Maka itulah wujud dari berpikir
dan belajar kreatif yang nyata. Nilai sains bagi perkembangan dan pertumbuhan
anak yaitu daya pikir dan imajinasi anak dalam mengajukan suatu pertanyaan atau
dengan mengajak anak untuk mengamati suatu pertumbuhan hidup tanaman maka
keterampilan berfikir kritis anak akan berkembang.
b. Nilai
sains bagi pengembangan kemampuan aktualisasi dan kesiapan anak dalam mengisi
kehidupannya
Jika
praktek-praktek pengembangan pembelajaran asins diberikan sedemikian rupa, maka
kematangan pada aspek-aspek pengembangan dalam diri anak akan semakin baik
artinya jika akumulasi dari dampak pembelajaran sains itu terus berkembang,
akan berkontribusi positif terhadap peningkatan kemampuan anak untuk
mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan yang luas.
c. Nilai
sains bagi perkembangan religius anak
Sumaji
(1980) mengakui semakin luas dan dalam seseorang mempelajari sains, ia akan
merasa semakin kecil sebagai makhluk bila dibanding Tuhan. Itulah nilai lainnya dari sains, ternyata pemahaman
akan sains berkorelasi dengan peningkatan kesadaran nilai religius seseorang.
Issac Newton misalnya, fisikawan terkemuka mengibaratkan dirinya sebagai anak
kecil yang sedang bermain kerang dipantai. Sedangkan lautan yang membentang
luas ibarat sains.
Like
Wilardja (1997) menyatakan dengan proses pengembangan pembelajaran saiins yang
tepat pada anak, maka anak akan dibiasakan menjadi sosok yang jujur dan tidak
mudah berprasangka menjadi pribadi yang gigih dan tekun dalam menghadapi
kesulitan, bahkan dapat menumbuhkan nilai religius, yaitu rasa bersyukur dan
memuliakannya.
Analisis
Dari
kegiatan sains banyak yang dikembangkan kepada anak, yaitu kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik serta berfikir kritis dan kreatifitas, aktualitas
serta nilai religius anak. Seorang guru harus bisa memberikan kegiatan sains
yang menyenangkan, dari kegiatan tersebut cara anak berfikir dan berimajinasi
serta rasa ingin tahu anak akan lebih terangsang. Dan rasa ingin tahu apa,
mengapa, akan terjawab dari kegiatan tersebut serta pengembangan afektif dan
psikomotorik anak juga berkembang sejalan dengan perkembangan kognitif.
Kognitif
itu pengembangan daya pikir anak, afektif itu pengembangan perilaku anak dan
psikomotorik itu pengembangan motorik kasar dan
motorik halus. Contohnya membentuk bangun dari pasir (motorik kasar),
membentuk dengan playdought/ platisin (motorik halus).
Dengan
mengajak anak jalan-jalan ke luar dari lingkungan sekolah atau pergi ke pantai.
Jelaskan pada anak-anak bahwa itu ciptaan Tuhan, dan manusia juga ciptaan
Tuhan, agar anak mengetahui siapa sang pencipta dan anak juga memiliki rasa
sukur dan rendah diri. Begitulah nilai religius yang dikembangkan pada anak dan
cara anak berfikir kritis atas penciptaan alam raya ini.
C.
Cara
Anak Mempelajari Sains
1.
Siapakah
Anak Itu
Pertanyaan
tersebut, jika diajukan secara lebih spesifik, maka pandangan orang terutama
para ahli tentang anak. Sebagaimana cenderung berubah dari waktu ke waktu serta
berbeda satu sama lain.
Tinjauan
para ahli dapat digambarkan sebagai berikut:
·
Tinjauan anak berdasarkan dimensi usia
kronologis
-
Hurlock (1999) mengkategorikan, bahwa
kanak-kanak dini adalah usia prasekolah atau kelompok usia antara 2 hingga 6
tahun.
-
Kihajar Dewantara memandang bahwa masa
kanak-kanak pada rentang usia 1 sampai 7 tahun.
-
Solehuddin (2000) early childhood adalah anak berkisar antara usia 0 sampai dengan 8
tahun.
-
Fawzia Aswin Hadis (1994) masa usia prasekolah
atau usia taman kanak-kanak dengan rentang usia antara 3 – 6 tahun.
Jadi dari sisi
usia kronologis, anak usia dini adalah anak dengan usia di bawah 8 tahun.
·
Tinjauan anak berdasarkan sudut pandang
filosofis
-
Menurut Erikson, anak dalam makhluk yang aktif
dan penjelajah yang adaptif selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya.
-
Jean Piaget, anak adalah seorang pengkonstruksi
yaitu seorang penjelajah yang aktif, selalu ingin tahu, selalu menjawab
tantangan lingkungan sesuai dengan interpretasi (penafsirannya) tentang
ciri-ciri yang esensial yang ditampilkan oleh lingkungan.
·
Tinjauan anak berdasarkan karakteristik
perkembangannya:
-
Hurlock (1999) bahwa karakteristik perkembangan
terdiri dari:
v
Perkembangan fisik, dengan lingkupnya meliputi
ukuran dan proporsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan tulang, otot, dan
lemak, gigi dan perkembangan susunan syaraf.
v
Perkembangan motorik halus dan motorik kasar
v
Perkembangan bicara yaitu bagaimana anak
berbicara
v
Perkembangan emosi yaitu emosi yang muncul pada
anak yaitu takut, canggung, marah, cemas.
v
Perkembangan sosial yaitu penyesuaian sosial
anak
v
Perkembangan bermain yaitu bermain aktif, bebas
v
Perkembangan kreatifitas yaitu ekspresi
kreatifitas anak
v
Perkembangan pengertian dan konsep anak
v
Perkembangan moral dan disiplin
v
Perkembangan peran seks mengenai penentuan peran
seks pada anak.
v
Perkembangan kepribadian
2.
Hakekat
Belajar
a. Konsep
belajar
Secara tradisional belajar diartikan sebagai penambahan dan
pengumpulan pengetahuan.
Dimensi perubahan yang terjadi dari belajar.
1) Kepribadian
yaitu dengan memiliki pola respon atau tingkah laku baru.
2) Perilaku
aktual maupun potensial yaitu kemampuan melakukan kegiatan nyata maupun yang
bersifat tidak nyata.
3) Kecakapan
atau keterampilan dalam bertindak yaitu kemampuan yang terkait dengan
penggunaan motorik (kasar maupun halus)
4) Sikap
dan kebiasaan yaitu penerapan nilai-nilai kehidupan dalam perilaku sehari-hari.
5) Pengetahuan
dan pemahaman yaitu berupa penguasaan konsep prinsip, maupun teori.
b. Bentuk-bentuk
belajar
·
Mendengarkan
Yaitu bentuk belajar atau perubahan tingkah laku yang
didasarkan atas tindakan mendengarkan.
·
Memandang
Bentuk belajar memandang memiliki dimensi terbuka pertama
arah belajar lebih ditekankan pada fungsi indera sebagai alat memperoleh
pengalaman belajar melalui visual.
·
Membau/ mencium
Bentuk belajar melalui membau atau mencium. Bentuk belajar
ini juga akan berdampak terlatih indera pembau menjadi sensitif. Terhadap setiap
rangsangan yang dihinggap dan menghanpirinya.
·
Meraba/ mencicipi
Dengan meraba anak akan memperoleh pengalaman langsung dan
sangat bermakna.
·
Menghapal
Mengingat begitu banyak informasi dengan menghafal
·
Membaca
Menyerap informasi-informasi pengetahuan yang telah dikemas
dan disajikan secara teratur dalam bentuk tulisan secara seksama dan rutin.
3.
Anak
belajar dan sains
Setiap manusia lahir dengan rasa
keingintahuan besar tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya. Rasa ingin
tahu tersebut pada benda-benda pada suatu peristiwa atau kejadian tertentu.
1) Setiap
anak memiliki bakat dan potensi yang menakjubkan
2) Anak
adalah makhluk individu, anak memiliki karakateristik dan kesiapan untuk
dikembangkan dan menarik baginya.
3) Anak
adalah pelajar dapat membangun belajar yang bermakna
4) Anak
adalah pelaku dan perencanaan
5) Anak
adalah pemikir, anak dilengkapi kemampuan berfikir.
Analisis
Anak usia dini yaitu anak berumur dari
0 – 8 tahun. Anak yang berumur 7 dan 8 tahun itu berada pada sekolah SD awal. Anak memiliki
karakteristik tertentu menurut usia masing-masing yaitu dengan menggunakan alat
indera ia bisa melihat dan alat indera lainnya maka anak bisa mengembangkan
yang ada pada dirinya masing-masing baik bahasa, kognitif, moral. Kepribadian
dan guru merupakan model utama dalam pembentukan perkembangan anak disekolah.
D.
Pengembangan
Program Pembelajaran Sains
1.
Ruang
Lingkup Program Pengembangan Pembelajaran Sains
Ruang lingkup program pembelajaran
sains terdiri dati isi bahan kajian, bidang pengembangan yang menjdi program
sains terpadu atau terintegrasi.
Isi bahan kajian terkait dengan
jaga raya (ilmu tentang bumi), tumbuh-tumbuhan, binatang dan hubungan antara
aspek-aspek kehidupan dengan lingkungannya. Arah pengembangan program sains
sebagai suatu proses ditujukan pada perencanaan dan aktivitas sains yang dapat
membantu anak dalam menguasai keterampilan yang terkait dengan cara pengenalan
dan perolehan sains yang benar.
2.
Model-model
Pengembangan Pembelajaran Sains Untuk AUD
Beberapa model pengembangan program
pembelajaran sain yang dijadikan pedoman untuk anak usia dini.
a. Pendekatan
yang bersifat situasional
Maksudnya adalah pembahasan tentang sains yang dielaborasi
(diulas) secara luas dan mendalam jika dalam pembelajaran muncul fenomena yang
terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran
belajar.
b. Pendekatan
yang bersifat terpisah atau tersendiri
Maksudnya program pengembangan pembelajaran sains dirancang
secara khusus dan tersendiri sesuai dengan karakteristik pembelajaran sain.
c. Pendekatan
yang bersifat merger atau terintegrasi dengan disiplin lain atau bidang
pengembangan lain
3.
Pengembangan
Unit dan Perencanan Pembelajaran Sains Untuk AUD
a. Pengembangan
unit pembelajaran sains
Unit sains adalah sebagai skema konseptual yang berhubungan
dengan ide, keterampilan dan aktivitas yang disatukan melalui topik atau tema
sederhana, misalnya bumi dan permukaannya
Dixon (1991) menyarankan cara memilih topik atau tema atau
unit yang tepat untuk integratif kurikulum dalam pengembngan pembelajaran sains
yaitu:
-
Berdasarkan minat anak
-
Berdasarkan minat guru
-
Berdasarkan kebutuhan anak
-
Sesuai dengan situasi tahun itu, cuaca dan
kegiatan-kegiatan khusus
-
Kurikulum sekolah dan harapan masyarakat
-
Ketersediaan sumber (buku, film, tap, dll)
b. Pengembangan
perencanaan pembelajaran sains
Perencanaan adalah aktivitas yang menggambarkan dimuka
hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Untuk memperoleh suatu eprencanaan pembelajaran sains yang
baik harus mengikuti langkah-langkah mengembangkan yang memiliki dua tahapan:
1) Pra
perencanaan
Yaitu tahapan yang ditempuh oleh seseorang perencana
sebelum merumuskan perencanaan sesungguhnya
2) Pengembangan
perencanaan yaitu tahap melakukan kegiatan nyata dalam pembuatan perencanaan
Analisis
Ruang
lingkup pembelajaran sains terdiri dari isi bahan kajian, dan bidang
pengembangan, dimana bahan kajian tidak luput dari tumbuhan, alami dan
lingkungan dan pengembangannya yaitu aspek-aspek yang harus dikembangkan kepada
anak dengan mengamati, meramal, memprediksi dan lain-lainnya.
Dalam
kegiatan sains tidak lepas dari minat anak, kebutuhan anak yang terencana
dengan baik agar hasil sesuai dengan harapan dan tujuan yang dicapai.
4.
Strategi
dan Pendekatan Pembelajaran Sains Untuk AUD
Ciri-ciri dasar pendekatan dan
strategi adalah mendukung tujuan yang diharapkan, kemampuan menjadi alat
elaborasi materi yang tinggi, serta adaptif dengan berbagai karakteristik dan
tipe anak sebagai sasaran pengembangan dan pembelajaran.
Pendekatan yaitu pendekatan yang
berorientasi pada guru (teacher
centered)I yakni otoritas dan dominasi aktivitas, interaksi dan komunikasi
dalam pembelajaran cenderung dikuasai oleh guru, dan berorientasi pada anak (student centered) adalah berdimensi
kepada siswa atau anak.
Alasan yang mendasari perlu
pengembangan pembelajaran sains pada
anak dengan menggunakan keterampilan proses yang dikemukakan oleh Conny
Semiawan (1992) diantaranya:
a. Perkembangan
ilmu pengetahuan semakin cepat
b. Kesulitan
anak dalam memahami konsep yang rumit bila tidak diberikan contoh yang konkrit
c. Sifat
penemuan relatif hingga memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir kritis
dalam bertindak.
d. Adanya
keterkaitan antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai
Salah satu
keterampilan atau kemampuan proses yang telah dimodifikasikan oleh konferensi
para ahli sains pada tahun 1971 diantaranya:
a. Keterampilan
mengamati
b. Keterampilan
mengajukan pertanyaan
c. Keterampilan
berkomunikasi
d. Keterampilan
menghitung
e.
5.
Organisasi
Kelas Untuk Pembelajaran Sains
Menurut Holton (1992) dalam
pengembangan pembelajaran Sains khususnya yang menggunakan strategi berbasis
discovery inquiry adalah:
a. Distribusi
material pembelajaran
Guru harus memahami karakteristik dari setiap material
pembelajaran yang digunakan, baik dari sisi kualitas, kunatitas maupun daya
jangkauannya terhadap sasara belajar.
Dengan memperhatikan distribusi material, hal yang dapat
dihindari diantaranya:
1) Kebiasaan
anak bergerombolan pada obyek sains tertentu saja sehingga meninggalkan obyek
sains lainnya yang seharusnya mereka observasi dan pelajari dapat ditekan
seminimal mungkin.
2) Kebiasaan
berebut material pembelajaran yang sering dilakukan anak-anak.
b. Penyediaan
area atau arena bekerja anak
Guru harus memadai, ketidaksediaan arena kerja sains akan
mengganggu dan menghalangi dinamika anak dalam perolehan pengalaman belajar
sains yang diikutinya
6.
Penilaian
dalam Pembelajaran Sains AUD
Pengembangan penilaian pembelajaran
sains dan penentuan tingkat keberhasilan pembelajaran sains. Sehingga diketahui
upaya-upaya selanjut. Baik tindakan perbaikan, pengayaan maupun pengemabngan
lainnya.
Kegiatan evaluasi merupakan suatu
kesempatan untuk merefleksikan pengalaman anak serta sebagai alat untuk
mengetahui kemajuan hasil belajar anak yang dicapai oleh anak.
Terdapat beberapa jenis dan cara
evaluasi pembelajaran sains pada anak usia dini, diantaranya melalui:
a. Observasi
adalah pengumpulan data penilaian yang berdasarkan pengamatan terhadap sikap
dan perilaku anak
b. Catatan
anekdot adalah catatan tentang sikap dan perilaku anaka secara khusus
(peristiwa terjadi secara isi dental atau tiba-tiba)
c. Penugasan
merupakan cara penilaian berupa pemberian tugas yang harus dikerjakan anak
didik dalam waktu tertentu baik secara perorangan maupun kelompok.
7.
Kriteria
Kualitas Guru Untuk Pembelajaran Sains AUD
a. Guru
sebagai perencana
Perencana artinya menentukan alternatif-alternatif yang
terkait dengan kebutuhan program sains.
b. Guru
sebagai inisiator
Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran.
c. Guru
sebagai fasilitator
Guru hendaknya menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar anak didik, menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan.
d. Guru
sebagai elaborator
Guru sebagai perangsang agar anak mengajukan pertanyaan.
e. Guru
sebagai motivator
Mendukung, mendorong dan memberi penguatan terhadap
kegiatan anak.
f.
Guru sebagai antisipator
Ketanggapan guru dalam mengamati anak jika dalam kegiatan
menggunakan bahan yang mudah melukai anak, maka guru harus menyampaikan tata
tertib penggunaan yang benar.
g. Guru
sebagai model
Contoh bagi anak dalam cara bersikap guru.
h. Guru
sebagai teman bereksplorasi bersama anak
Anak akan senang bila gurunya juga aktif dalam kegiatan
bahkan akan jauh menerima kehadiran guru
i.
Promotor agar anak menjadi pembelajar sejati
Guru harus selalu mendorong dan memberikan kesempatan untuk
anak agar rajin dan giat membaca.
Analisis
Banyak
strategi yang dilakuakn guru dalam kegiatan sains anak, yaitu kegiatan yang
tidak membosankan anak. Jadikan pembelajaran sains itu pelajaran yang digemari
anak melalui strategi guru dalam menyediakan alat dan pengolahan kegiatan
sehingga anak tertarik dengan kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan
Pembelajaran Sains Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Tim Docto Rabbit. 2005. Mengenal
Sains. Jakarta: Erlangga For Kids
Tim Penyusun Fakultas Negeri Padang. 2008. Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran. UNP
Senjaya, Wina. 2008. Strategi
Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
terima kasih, artikelnya sangat membantu..
BalasHapus