PENYESUAIAN
DIRI PADA ANAK USIA DINI
A. Hakikat Penyesuaian Diri
Manusia
tidak hidup sendiri namun hidup di tengah masyarakat atau individu-individu
lain, sehingga di dalam kehidupan ini manusia memerlukan bantuan orang lain. Sejak
lahir manusia telah diajarkan tentang bagaimana dapat hidup bersama orang lain,
dengan kata lain didalam diri manusia telah ditanamkan sejak kecil bagaimana cara
bersosialisasi dengan baik. Hubungan yang terjadi pada umumnya dimulai dengan
adanya saling menyadari keberadaan satu dengan -yang lainnya dan dilanjutkan
dengan adanya kontak antar pribadi. Didalam membangun dan memelihara suatu
hubungan, terjadi suatu proses interaksi sosial, dalam proses tersebut individu
menginginkan suasana yang dapat menciptakan suatu keharmonisan sehingga secara
psikologis kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin dapat tercapai.
Penyesuaian diri dapat diartikan
sebagai penyesuaian sosial, yaitu kesanggupan anak untuk dapat bereaksi secara
efektif dan harmonis terhadap realitas sosial dan situasi sosialnya, serta bisa
menjalin hubungan sosial yang sehat. Dalam melakukan proses penyesuaian diri,
anak mengalami proses belajar yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha
untuk melakukan apa yang diinginkan oleh dirinya maupun lingkungannya karena
manusia selalu mendambakan kondisi yang seimbang didalam memenuhi kebutuhan,
dorongan, dan keinginan yang ada pada dirinya sesuai dengan norma-norma atau
aturan yang berlaku di dalam masyarakat.
Menurut Hurlock (1997) penyesuaian
diri diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap
orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang dapat
menyesuaikan diri secara baik dengan mempelajari berbagai ketrampilan sosial
seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain,
baik teman, anggota
keluarga,
maupun orang yang tidak dikenal. Menurut Davidoff (1991) penyesuaian diri atau adjustment
itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu kondisi diri
dan tuntutan
lingkungan.
Manusia dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan
lingkungan alam. Sama hal nya untuk AUD, anak juga di ajarkan bagaimana ia bisa
menyesuaikan diri dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah
seperti teman sebayanya.
B.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyesuaian diri AUD
Kemampuan
anak mengelola masalah atau konflik yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan
diri dengan tuntutan dari lingkungannya, dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Hurlock (1997)
mengemukakan ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam
menyesuaikan diri, yaitu
a.
Tergantung dimana anak itu dibesarkan, yaitu kehidupan dalam keluarga dimana
anak tersebut dibesarkan. Bila dalam
keluarga dikembangkan perilaku sosial yang baik maka ana akan mendapatkan
pengalaman perilaku sosial yang baik pula. Hal ini akan menjadi pedoman untuk melakukan
penyesuaian diri dan sosial yang baik di luar rumah.
b. Model yang diperoleh anak di rumah,
terutama dari orangtuanya. Bila anak merasa ditolak oleh orangtuanya atau
meniru perilaku orangtua yang menyimpang, maka anak akan cenderung
mengembangkan kepribadian yang tidak stabil, agresif yang mendorong untuk
melakukan perbuatan menyimpang ketika dewasa.
c. Motivasi untuk belajar dilakukan
penyesuaian diri dan sosial. Motivasi ini ditimbulkan dari pengalaman sosial
awal yang menyenangkan, baik di rumah atau di luar rumah.
d. Bimbingan dan bantuan yang cukup dalam
proses belajar penyesuaian diri.
Schneiders (1964) menyatakan bahwa faktor-aktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
a. Kondisi jasmani, meliputi pembawaan jasmaniah
sejak lahir dan kondisi tubuh.
b. Perkembangan dan
kematangan, meliputi kematangan intelektual, sosial, moral dan emosi.
c. Determinan
psikologis yang meliputi pengalaman-pengalaman, hasil belajar, kondisioning, determinan dini, frustasi dan konflik.
d. Kondisi lingkungan, yaitu rumah, keluarga dan
sekolah.
e. Determinan kultur termasuk religi.
Berdasarkan
pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri anak usia dini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu
1. Faktor
Internal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak, meliputi : kondisi
jasmani atau fisik, emosi, kematangan
intelektual, moral dan religius, sosial, serta motivasi untuk belajar.
2. Faktor Eksternal. Yaitu faktor-faktor yang
berasal dari lingkungan atau dari luar diri anak, meliputi kondisi lingkungan
yaitu lingkungan rumah, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah, modelling
dari orang tua.
C.
Kesulitan-Kesulitan
AUD Dalam Menyesuaikan Diri
Dalam beradaptasi dengan lingkungannya, tidak selalu
dapat beradaptasi dengan baik, adakalanya anak mengalami hambatan di dalam proses
penyesuian diri. Kegagalan di dalam beradaptasi ini biasa disebut dengan istilah
mal-adjusted, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh pada
kemampuan anak dalam berdaptasi tersebut. Penyesuaian diri yang gagal yang
disebabkan karena ketidakmampuan anak dalam menghadapi hambatan-hambatan dan
mengatasi kegagalan-kegagalan yang terjadi akan mengakibatkan ketegangan, rasa
frustasi, perasaan bersalah serta rendah diri yang akan membuat individu merasa
tidak nyaman bila berada pada suatu Iingkungan atau kelompok baru, hal ini
dapat menjadikan anak tersebut 'terasing' {isolation). Pernyataan di atas didukung dengan apa yang
diungkapkan oleh Hurlock (1997) bahwa melakukan penyesuaian yang baik bukanlah
hal yang mudah. Sebagian besar orangtua menyadari adanya hubungan yang erat
antara penyesuaian sosial seorang anak dengan keberhasilan dan kebahagiaan pada
masa kanak-kanak dan pada masa kehidupan selanjutnya.
Ada
empat kondisi yang dapat menimbulkan kesulitan bagi anak untuk melakukan
penyesuaian dengan baik yaitu :
1. Bila
pola perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, maka anak akan menemukan
kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosal diluar rumah.
2. Bila di rumah atau lingkungan keluarga anak
kurang memberikan modeling perilaku yang baik, anak akan mengalami
hambatan yang serius dalam penyesuaian di luar rumah. Anak yang ditolak oleh
orangtuanya atau meniru perilaku menyimpang dari orang tuanya akan
mengembangkan kepribadian yang tidak stabil, agresif serta dapat mendorong anak
untuk melakukan tindakan kriminalitas bila ia dewasa.
3. Kurangnya
motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering timbul dari
pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan, sehingga anak tidak memiliki
motivasi kuat untuk berusaha melakukan penyesuaian sosial yang baik diluar
rumah.
4. Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar
melakukan penyesuaian social yang baik, namun bila anak tidak mendapat
bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses ini maka anak tidak akan tahu
bila perilaku atau tindakan yang di lakukannya benar atau salah.
Menurut
Schneiders (1964) ciri-ciri individu yang penyesuaian dirinya terhambat yaitu :
·
Tidak dapat menahan diri dari emosi yang
berlebihan, cenderung kaku dan tidak fleksibel dalam berhubungan dengan orang
lain.
·
Mengalami kesulitan untuk bangkit
kembali setelah mengalami masalah yang berat.
·
Tidak mampu mengatur dan menentukan sesuatu
yang terbaik bagi dirinya dan yang sesuai dengan lingkungan, baik di dalam
pikiran maupun sikapnya.
·
Individu lebih terpaku pada aturan yang
diterapkan oleh orang lain yang belum tentu cocok dengan dirinya.
·
Kurang realitas dalam memandang dan menerima
dirinya, serta memiliki tuntutan yang melebihi kemampuan dirinya.
Partosuwido
(dalam Jufri,1999) menyatakan bahwa orang yang mampu menyesuaikan diri dalam
segala kemungkinan dan mampu mengatasi persoalan adalah merupakan ciri orang
bermental sehat. Hal ini berarti bahwa ketika individu tidak memiliki mental
yang sehat maka akan mengalami gangguan dan hambatan didalam penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Daradjat (1969) mengemukakan bahwa ada tiga faktor
manifestasi dari emosi yang terhambat, mempengaruhi penyesuaian diri yaitu :
-
Frustasi adalah suatu proses dimana anak
merasa ada hambatan terhadap pemenuhan kebutuhan.
-
Konflik adalah dua macam atau lebih
dorongan yang bertentangan satu sama lainnya dan tidak mungkin dipenuhi dalam
waktu yang bersamaan.
-
Kecemasan adalah manifestasi dari
berbagai proses emosi yang bercampur-baur, terjadi ketika seseorang mengalami
tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan bathin (konflik).
Ketidakmampuan melakukan penyesuaian
diri dapat juga disebabkan
karena ketidakseimbangan antara tuntutan
(task) dan kemampuan (skill), sehingga sehingga
menimbulkan penyesuaian sosial yang salah.
D. Peranan
keluarga atau sekolah dalam mengembangkan penyesuaian diri AUD
Keluarga
memiliki peran penting dalam mengembangkan penyesuaian diri anak. Jadilah
model yang baik bagi anak sehingga bisa ditiru oleh anak. Dan berikan
contoh-contoh yang baik dalam interaksi sosial dalam keluarga.
Ketika anak berada di sekolah atau di Taman
Kanak-kanak, anak juga berinteraksi dengan gurunya. Hurlock (1978 : 336)
mengemukakan bahwa hubungan antara anak (siswa) dengan guru ditentukan oleh
sikap guru terhadap anak dan sikap anak terhadap gurunya. Sikap ini bergantung
pada bagaimana guru dan anak mempersepsi satu sama lain. Hurlock selanjutnya
menjelaskan bahwa :
When the teacher
perceives the young person as a trouble maker or as a
disinterested,
lackadaisical student, her attitude toward him will, understandably,
be far less positive
than if she perceived him as a cooperative, interested learner.
If the student ha a
hostile atitude toward the teacher, it will be reflected in the
interactions with the
teacher and will influence her attitudes toward him and all
treatment of him.
Agar anak mempunyai persepsi yang positif, guru
harus bersikap terbuka, jujur, dan menghargai anak. Sikap guru seperti ini akan
menumbuhkan rasa aman dan percaya diri pada anak. Oleh karena itu, menurut Sunaryo
Kartadinata (1983 : 76), situasi belajar harus merupakan situasi yang demokratis,
dimana gagasan anak dihargai, dan timbulnya keragaman pendapat adalah sesuatu
yang dapat diterima dalam mengembangkan dinamika pembelajaran. Guru harus sadar
bahwa setiap anak itu berbeda kebutuhan, kemampuan dan kepribadiannya.
E.
Konsep
diri dan penyesuaian diri AUD
Konsep diri diidefinisikan sebagai perilaku dimana
seseorang secara individual memunculkan dirinya(William Blake). Konsep diri
ialah konsep seseorang tentang apa dan siapa dirinya itu. Konsep ini merupakan
bayangan cermin yang sebagian besar ditentukan oleh peran dari hubungan dengan
orang lain bagaimana reaksi orang. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri itu
merupakan gambaran yang memiliki seseorang menyangkut berbagai hal tentang
dirinya. Gambaran tentang dirinya tersebut menjadi aspek fisik dan psikologis
yang menyangkut aspek social, emosi, aspirassi dan prestasinya.
Menurut
Hurlock (1997) penyesuaian diri diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada
khususnya. Orang dapat menyesuaikan diri secara baik dengan mempelajari
berbagai ketrampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara
diplomatis dengan orang lain, baik teman, anggota keluarga, maupun orang yang
tidak dikenal.
Jadi dapat
kita simpulkan bahwa konsep diri dengan penyesuaian diri saling berkaitan erat,
sebelum anak mengembangkan penyesuaian diri maka terlebih dahulu kita
kembangkan atau kita kenalkan pada anak tentang siapa dirinya. Atau gambaran
tentang dirinya, sehingga memudahkan anak dalam penyesuaian diri baik
dilingkungan masyarakat atau di lingkungan sekolahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock(1991).perkembangan anak.jilid 1.Edisi
ke-6.Jakarta:Erlangga
Nugraha,ali.2005.metode pengembangan social emosional.Jakarta:Universitas
Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar